Kami berangkat tanggal 18 Agustus 2018 dari bandara Soekarno – Hatta ke bandara Adi Sutjipto untuk keberangkatan malam. Dengan sedikit delay kurang lebih selama setengah jam.
Sampai di bandara Adi Sutjipto, jangan bingung dengan transportasi. Memasuki terminal kedatangan (ke arah pintu keluar) terdapat mesin pemesanan taksi. Cara penggunaan mesin ini tergolong mudah, intinya: pilih taksi yang akan digunakan, kemudian pilih tujuan, harga akan tertera di layar.
Kemudian cetak struk kode booking tersebut lalu serahkan struk itu ke kasir (sesuai taksi yang dipilih) untuk melakukan pembayaran. Setelah selesai melakukan pembayaran, penumpang akan diarahkan ke lokasi penjemputan taksi. Berikan struk bukti pembayaran tersebut ke pengemudi taksi yang udah kita booking.
Tujuan taksi kami ke Ceria Boutique Hotel di daerah Jl. Babarsari dengan harga Rp 50.000. Kami memilih daerah Babarsari karena lumayan dekat dengan bandara, agak di tepi Jogja tapi masih dekat dengan pusat kota.
Kami menginap di Ceria Boutique Hotel dengan harga Rp 350.000/malam. Dengan harga segitu kami mendapatkan kamar hotel yang nyaman dan bersih.
Kami memlilih untuk menyewa sepeda motor agar lebih leluasa berkeliling Jogja. Agak susah untuk mendapatkan sewa motor karena long-weekend jadi setiap kami mau memesan selalu full-booked.
Setelah beberapa kali menghubungi jasa sewa motor Jogja, akhirnya kami menemukan yang masih available yang bernama SPM Rental Motor. Lokasi penyewaan motor ini ada di depan stasiun Lempuyangan.
SPM Rental Motor tidak terima delivery (kirim motor ke lokasi penyewa) karena memang sebenarnya targetnya penumpang kereta dari stasiun Lempuyangan, alhasil kami harus naik gojek menuju ke tempat sewa. Tempatnya ada di dalam ke gang kecil.
Saat itu, kami menyewa motor Beat dengan harga sewa Rp 85.000 / hari. Harga ini udah termasuk helm (standar honda dan bogo), jas hujan, STNK, bensin.
Letaknya di pusat kota tepatnya daerah Keraton Jogjakarta. Jalan menuju kesini agak sempit dan sangat macet karena memang banyak wisatawan yang mau berkunjung. Tidak hanya wistawan lokal, banyak juga wisatawan mancanegara.
Kami masuk dari Jalan Taman untuk menuju ke lokasi Komplek Taman Sari. Setelah memasuki komplek, terdapat area parkir motor di sebelah kanan. Saat itu parkir motor agak sempit karena banyaknya pengunjung. Harga tiket parkir sebesar Rp 3.000.
Setelah membeli tiket masuk, yang seharga Rp. 5000, kami langsung menuju ke area kolam dan harus melewati Gapura Panggung. Setelah memasuki gapura pertama, ada kita harus masuk lagi ke gapura yang kedua, baru setelah itu terlihat area kolamnya. Kolam ini dulunya digunakan untuk mandi permaisuri serta putri raja pada zaman dulu.
Masih di sekitaran lokasi Taman Sari. Berjalan ke arah utara dan melewati Kampoeng Cyber, nampak bangunan besar seperti benteng bernama Pulo Kenongo atau biasa disebut dengan Pulo Cemeti. Masuk kesini harus membawa tiket yang udah kami beli dari Taman Sari. Di Pulo Kenongo ini terdapat gedung berlantai 2 yang bernama Gedhong Kenongo.
Destinasi selanjutnya adalah Sumur Gumuling yang letaknya berada di sebelah barat dari Pulo Kenongo. Masuk lokasi harus menunjukan Tiket masuk untuk dirobek. Bila tiket hilang harus balik ke Situs Pulo Kenanga untuk beli tiket lagi. Pintu masuk ke area Sumur Gumuling merupakan sebuah lorong, masuk ke sini hawanya terasa dingin dan sejuk.
Lorong tersebut menuju ke suatu ruangan berbentuk lingkaran memutari tangga yg menjadi pusatnya. Ruangan tersebut biasa dijadikan pengunjung untuk tempat foto – foto. Setelah puas di dalam, kami menuju ke pintu keluar, pintu keluar ini sama dengan pintu masuk (harus melewati lorong lagi).
Selanjutnya kami memutuskan untuk menuju parkiran motor. Mengingat lokasi Sumur Gumuling ada di sekitaran rumah warga, jadi gak usah bingung untuk menemukan lokasi pintu keluar, karena kami tinggal bertanya ke penjual / warga sekitar.
Karena terbatasnya waktu, sebenarnya masih banyak bangunan – bangunan di Komplek Taman Sari ini yang masih belum kami kunjungi. Apa saja bangunan tersebut bisa pengunjung lihat di website Wikipedia.com
Destinasi selanjutnya yaitu Hutan Pinus Mangunan. Kami melanjutkan perjalanan melalui Jl. Parangtritis dan menempuh jarak sekitar 24 km. Sekitar setengah jam perjalanan kami mampir untuk makan siang terlebih dahulu di rumah makan Murah Berkah yang letaknya di kanan jalan.
Rumah makan ini tergolong nyaman, karena punya ruang lesehan yang berada di belakang. Sembari makan kita bisa menikmati pemandangan hijau sawah dan udara yang sejuk.
Perjalanan kami lanjutkan dengan melintasi jalanan yang menanjak dan berkelok. Perlu berhati – hati karena banyak juga mobil atau truk yang melintas sehingga mengganggu jarak pandang.
Setelah sekitar sejam perjalanan, akhirnya kami sampai di Hutan Pinus Mangunan. Untuk parkir kendaraan bermotor berada di sebelah kiri jalan dan siapkan Rp 3.000 untuk biaya parkirnya. Di sekitar tempat parkir juga terdapat beberapa warung makan, mushola, dan toilet.
Harga tiket masuk ke hutan pinus sebesar Rp 2.500 / orang. Saat memasuki lokasi hutan pinus, udara terasa sejuk sambil terdengar suara ranting pohon pinus yang bergesekan tertiup angin. Jalanannya sudah tertata rapi dengan batuan kecil atau tangga dengan sekat kayu. Disini banyak tempat duduk yang disediakan, taman, serta beberapa spot foto.
Masih di sekitaran hutan pinus, bersebelahan dengan area parkir dan warung – warung juga terdapat Panggung Sekolah Hutan. Area ini memiliki sebuah panggung yang dikelilingi tempat duduk kayu berjajar. Tiket masuk ke area ini sebesar Rp 2.000 / orang.
Selanjutnya kami menuju Taman Bunga Matahari Samas via Jl. Mangunan lalu ke Jl. Samas yang berjarak kurang lebih 28 km dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Sebelum masuk ke area Samas, kami mesti beli tiket dahulu, loketnya berada di pintu masuk dan biaya tiketnya sebesar Rp 10.000 / orang.
Mendekati lokasi Taman Bunga Matahari ternyata sangat banyak taman matahari di kanan kiri jalan. Sepertinya ini ladang yang dimanfaatkan untuk wisata. Bunga matahari-nya juga tidak begitu luas karena sepertinya setiap ladang memiliki sekat yang kemungkinan juga beda pemilik.
Biaya masuk ke taman bunga matahari sebesar Rp 5.000 / orang (gratis sewa topi pantai). Disini juga menyediakan benih biji bunga matahari bila ingin menanamnya sendiri di rumah.
Lokasi berikutnya adalah Gumuk Pasir Parangtritis, lokasi ini berada di wilayah Parangtritis dan berjarak 11 km dari Taman Bunga Matahari. Kami menempuh perjalanan sekitar 20 menit. Sebelum masuk ke area Parangtritis, di pintu masuknya kita mesti merogoh kocek Rp. 20.000 untuk membayar tiketnya.
Sebenarnya kami ingin ke Gumuk Pasir yang dekat pantai, tapi yang pertama kali telihat yang jauh dari pantai. Bayar Parkir Rp 3.000. Sebaiknya bila kesini tidak usah pakai alas kaki apapun atau nyeker.
Setelah seharian jalan ke berbagai destinasi, sore harinya kami menyempatkan diri untuk makan di Alas Kuliner. Lokasinya masih berada di wilayah Parangtritis, lebih tepatnya di daerah Watulumbung.
Karena letak tempatnya yang tinggi, kami bisa menikmati pemandangan sore hari sambil menikmati hidangan sembari melepas lelah.
Oke, cukuplah perjalanan mengunjungi berbagai destinasi di kota Jogja. Mudah – mudahan bisa dijadikan referensi liburan.
Jastip Hijab & Outfit Bestseller